Merawat Alam adalah tindakan Bhuta Yadnya

Bhuta Yadnya adalah yadnya yang ditujukan kepada Bhuta Kala yang mengganggu ketentraman hidup manusia. Banyak masyarakat  berpandangan bhuta kala ini diyakini sebagai kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang sering menimbulkan gangguan serta bencana, tetapi dengan Bhuta Yadnya ini maka kekuatan-kekuatan tersebut akan dapat menolong dan melindungi kehidupan manusia Adapun tujuan Upacara Bhuta Yadnya adalah disamping untuk memohon kehadapan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) agar beliau memberi kekuatan lahir batin, juga untuk menyucikan dan menetralisir kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang diisebut bhuta kala tersebut sehingga dapat berfungsi dan berguna bagi kehidupan manusia.

Bhuta Yadnya, pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1. Upacara Bhuta Yadnya dalam tingkatan yang kecil. 
Upacara ini di sebut dengan Segehan, dengan lauk pauknya yang sangat sederhana seperti bawang merah., jahe, garam dan lain-lamnya. Jenis-jenis segehan ini bermacam-macam sesuai dengan bentuk dan warna nasi yang di gunakannya. Adapun jenis-jenisnya adalah Segehan Kepel dan Segehan Cacahan, Segehan Agung, Gelar Sanga, Banten Byakala dan Banten Prayascita.

2. Upacara Bhuta Yadnya dalam tingkatan yang sedang ( madya ). 
Tingkatan upacara dalam tingkatan madya ini di sebut dengan Caru". Pada tingkatan ini selain mempergunakan lauk pauk seperti pada segehan, maka di gunakan pula daging binatang. Banyak jenis binatang yang di gunakan tergantung tingkat dan jenis caru yang di laksanakan. Adapun jenis-­jenis caru tersebut adalah Caru ayam berumbun ( dengan satu ekor ayam ), Caru panca sata ( caru yang menggunakan lima ekor ayam yang di sesuaikan dengan arah atau kiblat mata angin ), Caru panca kelud adalah caru yang menggunakan lima ekor ayam di tambah dengan seekor itik atau yang lain sesuai dengan kebutuhan upacara yang di lakukan dan Caru Rsi Gana.

3. Upacara Bhuta Yadnya dalam tingkatan yang besar ( utama ). 
Tingkatan yang utama ini di sebut dengan Tawur misalnya Tawur Kesanga dan yepi yang jatuhnya setahun sekali, Panca Wali Krama adalah upacara Bhuta Yadnya yang jatuhnya setiap sepuluh tahun sekali, dan Eka Dasa Rudra yaitu upacara Bhuta Yadnya yang jatuhnya setiap seratus tahun sekali.

Memaknai Ruang Waktu dalam Caru 

Setiap upacara agama yang berdasarkan Veda selalu ada lima unsur yang memvisualkan nilai-nilai suci upacara agama Hindu. Lima unsur tersebut adalah Mantra, Tantra, Yantra, Yadnya dan Yoga. Yantra adalah berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya alat atau sarana dalam bentuk simbol.
Yantra dalam upacara agama Hindu di Bali disebut banten atau upakara. Banten inilah yang menggunakan sarana tumbuh-tumbuhan dan hewan di samping unsur unsur panca maha bhuta lainya.

Berdasarkan uraian Lontar Yadnya Prakerti ini banten memiliki tiga makna. Banten bermakna sebagai simbol manusia, baik lahir maupun batin, bermakna untuk melambangkan berbagai wujud kemahakuasaan Tuhan dan banten juga melambangkan keberadaan isi alam semesta ini berupa planet-planet ruang angkasa.

Caru Artinya Cantik 

Dalam kitab Samhita Swara disebutkan, arti kata Caru adalah cantik atau harmonis. Mengapa upacara Butha Yadnya itu disebut caru. Hal itu disebabkan salah satu tujuan Butha Yadnya adalah untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam lingkungannya.

Dalam kitab Sarasamuscaya 135 disebutkan, bahwa untuk menjamin terwujudnya tujuan hidup mendapatkan Dharrna, Artha, Kama dan Moksha, terlebih dahulu harus melaksanakan Butha Hita. Butha Hita artinya menyejahterakan alam lingkungan.

Untuk melakukan Butha Hita, itu dengan cara melakukan Butha Yadnya. Hakekat Butha Yadnya itu adalah menjaga kehannonisan alam agar alam itu tetap sejahtera. Alam yang sejahtera itu artinya alam yang cantik.

ButhaYadnya pada hakekatnya merawat Iima unsur alam yang disebut panca maha butha (tanah, air, api, udara dan ether). Kalau kelima unsur alam itu berfungsi secara alami, maka dari kelima unsur itulah lahir tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itulah sebagai bahan dasar makanan hewan dan manusia. Kalau keharmonisan kelima unsur alam itu terganggu maka fungsinya pun juga akan terganggu.

Dalam Bhagavadgita III.14 disebutkan tentang proses berkembangnya makhluk hidup dari makanan. Dari hujan datangnya makanan. Hujan itu datang dari Yadnya. yadnya itu adalah Karrna. Dalam Bhagavadgita ini memang disebutkan hanya hujan. Namun dalam proses menumbuhkan tumbuh-tumbuhan tidaklah hanya hujan saja yang dapat melahirkan tumbuh-­tumbuhan. Kelima unsur alam tersebut juga berfungsi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

Tanah, api (matahari), udara dan ether juga berfungsi untuk menumbuhkan tumbuhan. Peredaran kelima unsur alam itu melahirkan iklim siang dan malam. Karena itu upacara mecaru itu berfungsi tmtuk menanamkan nilai-nilai spiritual kepada umat rnanusia agar memiliki wawasan kesemestaan alam.

Hubungan antara rnanusia dengan alam haruslah berdasarkan konsep Cakra Yadnya sebagaimana ditegaskan dalam kitab Bhagavadgita III.16. ini artinya antara alam dan manusia harus menjaga kehidupan yang saling memelihara berdasarkan Yadnya. Keberadaan alam ini karena Yadnya dari Tuhan. Karena itu manusia berutang moral pada Tuhan dan alam secara langsung utang moral itulah yang disebut Rina dalam kitab Manawa Dharmasastra. Dalam Yajurveda XXXX.1 disebutkan bahwa Tuhan itu berstana pada alam yang bergerak dan tidak bergerak. Ini artinya alam itu adalah badan raga dari Tuhan. Karena itu upacara mecaru itu berarti suatu kewajiban merawat badan raga Tuhan dalam wujud merawat alam.

Di dalam kitab Manawa Dharmasastra V.40 disebutkan, tujuan digunakan tumbuh-tumbuhan dan, hewan tertentu sebagai sarana upacara yadnya adalah sebagai upaya dan doa agar semua makhluk hidup tersebut meningkatkan kualitas dan kuantitasnya pada kelahiran yang akan datang.
Akan rnenjadi tidak cantik kalau penggunaan tumbuh-h1mbuhan dan hewan tersebut hanya mentok di tingkat upacara semata. Tujuan hakiki dari upacara mecaru itu adalah pelestarian alam dengan eko sistemnya. Dari alam yang lestari manusia mendapatkan sumber kehidupan. Jadinya hakekat Butha yadnya itu adalah mecaru untuk mernbangun kecantikan alam lingkungan sebagai sumber kehidupan.