Cara Menangkal Leak, Teluh, Desti dan Teranjana Bali
Teluh, Desti dan Teranjana adalah salah satu topik yang juga sangat populer menjadi obrolan di masyarakat Bali, mulai dari obrolan penuh canda di warung kopi sampai diskusi serius di forum-forum cendikiawan. Berbagai ilmu tersebut bisa dikatagorikan sebagai ilmu Aji Wegig (secara sederhana berarti “ilmu jahil”). Dalam berbagai lontar terkaitTeluh, Desti danTeranjana dikemukakan prosesi, ritual, mantra dan rerajahan yang berkaitan dengan bagaimana melakukan hal-hal yang secara singkat bisa disebut sebagai “ilmu hitam” tersebut; mulai dari bagaimana membuat penyakit, bagaimana merusak rumah tangga, bahkan yang lebih ekstrem bagaimana membunuh seseorang dengan kekuatan niskala.Dalam artikel sederhana mengenai Desti, teluh dan teranggan ini akan digarisbawahi dua hal penting; pertama cara kerjaTeluh, Desti danTeranjana yang sering disebut sebagai dharma weci sejatinya memanfaatkan “sumber energi” yang sama dengan apa yang dikenal dengan “ilmu weci” atau dharma sadhu, dan kedua bagaimana kemudian memanfaatkan energi yang sama tersebut untuk nyengker dewek dari berbagai perilaku “usil” para penekun ilmuTeluh, Desti danTeranjana tersebut. Meski hanya dibahas sekilas, diharapkan tulisan sederhana ini cukup memberi gambaran mengenai “sisi lain” dari ilmu-ilmu tersebut di balik segala mitos dan “kabar angin” yang mengiringinya.
Pertama, Prinsip Teluh Desti dan Teranjana
IlmuTeluh, Desti danTeranjana merupakan ilmu niskala yang memanfaatkan kekuatan energi melalui mantra, rerajahan dan ritual tertentu untuk membuat seseorang mengalami penyakit, kegelisahan, melemah baik secara psikis maupun fisik dan bahkan tidak jarang kematian.Ada dua hal yang menjadi garis besar kalimat di atas yang sekiranya perlu anda garis bawahi, pertama ilmu ini memanfaatkan energi. Energi apa yang dimanfaatkan dalam Teluh, Desti danTeranjana? Energi yang dimanfaatkan adalah energi prana atau shakti baik yang berada di bhuana agung maupun di bhuana alit, sumber energi yang sama ini juga dimanfaatkan oleh praktisi pengobatan dan praktisi spiritual untuk tujuan berbeda.
Energi semesta bersifat netral, dan ketersediaanya di semesta sangat melimpah. Lalu bagaimana mengakses dan kemudian mengarahkan energi ini baik untuk keperluan usadha, spiritualitas atau sebaliknya justru Teluh, Desti danTeranjana? Jawabanya sederhana, baik mengakses maupun mengarahkan energi ini adalah melalui kekuatan niat (iccha shakti), dan mengarahkan serta memfokuskan niat inilah maka segala jenis mantra, rerajahan dan ritual kemudian dipergunakan.
Agar lebih mudah memahami penjabaran di atas, mari kita umpamakan energi ini adalah listrik yang tersedia melimpah, ada yang kemudian mempergunakan listrik untuk mempermudah kehidupan (memasak, setrika, penerangan, dan banyak lainnya), namun ada pula yang memanfaatkanya untuk menyetrum orang lain sampai mati. Sumber listriknya sama, namun pemanfaatnya jauh berbeda. Lalu, apakah listriknya yang salah?
Tetapi untuk bisa memanfaatkan energi listrik ini untuk keperluan apapun, maka prinsip pertama dan sekaligus hal pertama yang perlu dilakukan adalah “mengakses” energi listrik tersebut di alam melalui pembangkit tenaga listrik, kemudian menyalurkannya ke rumah-rumah, dan setelah tersalur baru kemudian dimanfaatkan.
Energi semesta (shakti) merupakan sumber melimpah yang diibaratkan sebagai seorang “Ibu”, dan energi ini bisa sangat mengerikan jika diberdayakan untuk mencapai tujuan-tujuan merugikan orang lain. Inilah salah satu makna tersirat di balik “sosok menyeramkan Ibu Dewi Durga”, yang mengabulkan permohonan-permohonan yang merugikan orang lain. Namun, sebagai sosok ibu yang tidak membeda-bedakan anaknya, bukan hanya permohonan yang tidak baik dan pemberdayaan energi untuk kepentingan egoistis yang dimungkinkan, permohonan dan pemberdayaan untuk hal-hal yang menguntungkan khalayak sebagaimana dilakukan Maharaja Sri Jaya Kesunu yang memohon keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya.
Kedua, Bagaimana Membentengi Diri dari Teluh, Desti dan Teranjana?
Setelah mengetahui bagaimana prinsip kerja Teluh, Desti danTeranjana, maka sekarang salah satu hal yang mungkin perlu disampaikan adalah bagaimana membentengi atau “nyengker dewek” dari serangan Teluh, Desti danTeranjana semacam ini, baik untuk anda secara personal maupun untuk pekarangan rumah, keluarga dan bahkan tempat usaha anda.Kembali ke perumpamaan mengenai listrik sebelumnya, saat seseorang melakukan usadha maka dia sejatinya sedang “mengantarkan listrik menjadi penolong” sedangkan saat seseorang melakukan Teluh, Desti danTeranjana maka dia sedang “mengantarkan listrik menjadi perusak”, dan keduanya -baik penolong maupun perusak- akan memerlukan pengantar. Disinilah peranan anda menjadi sangat penting sebab Teluh, Desti danTeranjana tidak bekerja hanya sebelah pihak, tidak hanya bergantung pada orang yang menerapkan ilmu tersebut, anda pun memegang peranan, sebagaimana jika pelaku mencoba masuk dengan mengetok pintu tetap tidak akan bisa masuk jika anda tidak membuka pintunya, dan meski mereka berusaha mendobrak maka tidak akan berhasil jika pintunya terlalu kuat.
Para tetua dulu sering mengatakan kalau “mekejang ngelah widhi”, artinya semua orang punya Tuhan, lebih spesifik lagi, semua orang punya akses terhadap sumber energi prana yang diberdayakan untuk berbagai keperluan ini. Pertanyaanya sekarang, bagaimana anda memanfaatkan energi prana anda? Apakah untuk “menyetrum” diri anda sendiri atau membentengi diri anda? Jika anda memanfaatkanya untuk menyetrum diri anda sendiri, maka dengan mudah praktisi Teluh, Desti dan Teranggana akan berhasil dengan segala daya upayanya.
Ketakutan kalau “pasti saya leakini” apa lagi sampai anda yakin telah terkena pengaruh sedemikian justru akan menjadi real sebab keyakinan serta ketakutan anda tersebut pun merupakan bentuk “niat” yang anda arahkan ke diri anda sendiri (ingat, niat atau acepan ini adalah cara untuk mengarahkan energi atau shakti dimaksud). Saat anda terus menerus menyimpan ketakutan telah menjadi korban pengeleakan, anda telah “kenain nak”, “kena pepasangan” atau ketakutan sejenis maka anda sedang mensugesti diri untuk benar-benar mengalami semua itu.
Listrik hanya mengalir jika ada penghantarnya, dan keyakinan semacam inilah yang merupakan “penghantar listrik” yang membuat anda benar-benar bisa terkena Teluh, Desti danTeranjana (oleh diri anda sendiri tanpa anda sadari dan oleh orang lain). Ketakutan berlebih dan keyakinan-keyakinan negatif ini akan melemahkan anda baik secara mental maupun fisik, dan tentu saja mempermudah anda berada di posisi “korban”.
Jadi, bagaimana membentengi diri dari Teluh, Desti danTeranjana?
Pertama, tentu dengan memperkuat benteng diri, memperkuat benteng mental anda dengan keyakinan serta kondisi mental yang memberdayakan; keterhubungan dengan Para Sesuhunan, merasa damai dan tidak mudah dibuat kawatir oleh berbagai ketakutan akan “leakine”, “kena pepasangan” dan takut disihir merupakan contoh sikap mental yang akan memperkuat anda sekaligus melemahkan dihantarkannya energi-energi buruk ke dalam kehidupan anda.Kedua, sebagaimana praktisi Teluh, Desti danTeranjana yang mengarahkan energi semesta atau shakti dengan niat-nya untuk menyakiti, maka anda pun bisa mengarahkan energi melalui niat untuk melindungi diri sendiri, baik dengan atau tanpa mantra serta ritual khusus (meski keberadaan mantra dan ritual memiliki dampak psikologis maupun metafisik yang tidak bisa dikesampingkan begitu saja).
Pada kesempatan lain akan dibahas secara lebih detail bagaimana mengarahkan niat anda untuk mengakses dan mengolah shakti atau energi semesta ini untuk berbagai tujuan, termasuk sebagai penyengker atau membentengi diri. Dalam artikel ini cukup anda pahami dahulu bagaimana prinsip kerja dari energi atau shakti ini.